MOVE ON
Malam yang sunyi menemani lamunan seorang gadis yang bernama Husna.
Sembari di temani lagu-lagu galau air matanya terus bercucuran seakan
tak terbendung lagi.
“Ya Allah, apakah aku harus ungkapkan perasaanku yang sejujurnya ini
kepadanya? tapi apakah aku siap menerima seandainya jika ia tak suka
padaku?” Ujar Husna dalam hatinya.
Seperti biasanya pagi itu pun Husna agak sedikit kesiangan berangkat
ke Sekolah, dengan terburu-buru ia berjalan hingga berlari-lari kecil.
Untunglah pada saat itu pintu gerbang sekolah belum ditutup.
“Alhamdulillah.. aku gak kesiangan banget, mudah-mudahan aja guru nya
belum masuk ke kelas, mana sekarang pelajaran Matematika lagi!” Ujar
Husna yang sedikit lega setelah melewati pintu gerbang. Ia pun kembali
berlari menuju kelasnya XI IPA.
“Lega rasanya sampai ke kelas tepat waktu” Ujar Husna sembari menduduki
bangkunya, Dengan napas ngos-ngosan. Maklumlah, rumah Husna lumayan jauh
jaraknya dari sekolah, apalagi harus ia tempuh dengan berjalan kaki.
Namun Husna tetap senang, ia menganggap hal itu sebagai olah raga
pagi-pagi.
“Asssalamualaikum anak-anak.” Ujar seorang pria yang usianya sekita 30 tahun, ia adalah guru Matematika yang bernama pak Ali.
“Waalaikumsalam” Jawab murid-murid.
“Sudah baca doa?” Tanya pak Ali.
“Sudah pak” Jawab murid-murid.
“Ya sudah, kalau begitu kalian duduk per kelompok yang kemarin sudah
bapak tentukan, karena hari ini kita akan berdiskusi materinya tentang
Peluang kejadian Saling Bebas” Ujar pak Ali.
“Baik pak” Jawab Murid-murid.
Setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Begitupun dengan Husna, ia
masuk ke kelompo 4 yang beranggotakan: Risa, Restu, Nuri dan satu rang
lelaki yang bernama Rizal. Sebenarnya ketika pembagian kelompok kemarin,
Husna sedikit kaget karena dia satu kelompok dengan Rizal, laki-laki
yang ia kagumi sejak 4 bulan terakhir ini.
“Ayo Husna kamu pasti berani.. kamu gak boleh kelihatan gugup nanti
kalau di depan dia” Ucap Husna meyakinkan diri sambil berjalan
menghampiri sekumpulan bangku kelompoknya. Husna pun terpaksa duduk
berdampingan sengan Rizal karena tak ada lagi bangku yang kosong.
Kaki Husna bergetar saat di dekat Rizal, mungkin karena baru pertama
kalinya ia berdampingan dan berbicara sedekat itu dengan Rizal. Karena
meskipun ketika kelas X mereka satu kelas juga, tetapi mereka tidak
begitu mengenal satu sama lain. Ketika itu Husna hanya mengira bahwa
Rizal adalah seorang laki-laki yang menyebalkan yang pernah ia temui.
Karena ketika itu Husna pernah mencoba bertanya untuk mengakraban diri
kepada Rizal, namun Rizal menjawab pertanyaan Husna dengan ekspresi
datar dengan muka ketus. Husna pun merasa kesal pada Rizal saat itu dan
tak menyukai sifat Rizal.
Selang beberapa hari semenjak kejadian menyebalkan itu Husna melihat
Rizal bermain bola di lapangan sekolah, sesekali Rizal mencetak gol
diiringi dengan senyumnya.
“Wah ternyata dia jago juga main bolanya, aku benar-benar tidak
menyangka, selain dia pandai mengaji. Dan ternyata di balik sikapnya
yang jutek dia juga mempunyai senyuman yang manis” Ujar Husna yang mulai
mengagumi sosok laki-laki yang ternyata juga seorang santri itu.
Husna mengetahui Rizal pandai mengaji karena Husna pernah mesantren
kurang lebih selama satu tahun ketika ia kelas X. Ia terpaksa berhenti
dari pesantren dikarenakan himpitan biaya. Ketika ia masih mesantren ia
pernah melihat Rizal mengikuti perlombaan dakwah dan Rizal mendapatkan
juara satu, karena gaya bahasanya yang baik dan mudah di mengerti bagi
yang mendengarkannya.
Setelah beberapa hari setelah Husna melihat Rizal bermain bola, sejak
saat itu Rasa tidak suka Husna terhadap Rizal berubah menjadi
kebalikannya, “Benci jadi cinta” mungkin istilah ini sangat cocok untuk
Husna yang memang mengalami hal itu. Seiring berjalannya waktu, Husna
sudah tak terlalu canggung lagi bertanya kepada Rizal. karena mereka
satu kelompok sehingga mereka pun sering berdiskusi tentang tugas
Matematika. Bahkan sesekali Rizal tak segan untuk sekedar meminjam
kalkulator kepada Husna.
Seiring berjalannya waktu rasa cinta Husna semakin hari semakin
tumbuh dan berkembang kepada Rizal. Cinta begitu hebatnya menyerang hati
Husna. Sehingga Husna pun tak kuasa lagi untuk memendamnya sendirian.
Ia pun mencoba curhat kepada sahabat-sahabat terdekatnya tentang
perasaan yang ia rasakan terhadap Rizal. Sehingga ada beberapa
sahabatnya yang keceplosan mengejeknya dengan Rizal. Tetapi Rizal tak
mau ambil pusing dengan ejekan itu, Rizal bersikap acuh-tak acuh
menanggapinya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tahun sekali di sekolah tempat
Husna menimba ilmu rutin di adakan. “Hut Yasa” yaitu memperingati ulang
tahun sekolah. Acaranya berlangsung dari pagi hingga siang. Dimulai
dari pagi yaitu pawai setiap kelas yang menggunakan kostum yang
uni-unik, berjalan sepanjang jalan yang diiringi dengan Drumben. Nah,
ketika Hut yasa itu adalah momen paling berharga untuk Husna, karena
pada saat itu sepulang dari pawai, ia bisa berfoto bareng bersama Rizal.
—
Di hari minggu yang sangat cerah ini, Husna berencana bermain bersama
sahabat-sahabatnya, Dila, Maya, dan Ani, untuk bermain ke rumah
Endah.mereka berencana akan masak-masak di rumah Endah. Sesamapai di
rumah Endah, merekapun langsung berdiskusi.
“Kira-kira hari ini kita masak apa ya?” ujar Dila.
“Seperti biasanya aja” Jawab Endah.
“Iya, apalagi kan deket rumah Endah banyak Sayuran, hehe” Ucap Husna yang memang seorang vegetarian.
Mereka pun berbondong-bondong berbelanja ke Warung untuk membeli bahan-bahan yang akan dimasak.
Setelah berbelanja mereka langsung sibuk memasak di dapur. Husna
membersihkan dan memotong sayuran, Dila membersihkan ikan dan memasak
tahu-tempe, Ani menggoreng kerupuk, Endah membersihkan beras dan
memasaknya. Sedangkan Maya yang memang ratunya eksis, dia tidak seperti
yang lainnya sibuk memasak, dia hanya anteng jeprat-jepret bergaya di
depan kamera. Sedangkan Husna dan teman-temannya hanya cekikikan melihat
tingkah Maya.
Setelah acara masak-masak selesai mereka pun langsung berbondong-bondong mengambil air wudhu dan mengerjakan salat dzuhur.
“Alhamdulillah, makan udah, salat udah sekarang ngapain ya teman-teman” ujar Ani.
“mendingan sekarang kita nonton tv yuk di ruang tengah” Ujar Endah.
“yuuu” dengan serentak teman-teman yang lain menjawab.
“Husna, aku minjem hp kamu dong” ucap Endah.
“Boleh, boleh nih..” Jawab Husna.
“Wahh.. teman-teman lihat deh nih di hp Husna ada foto Husna sama Rizal.” ucap Endah.
“Mana? mana? coba lihat” serentak teman-teman menjawab.
“wah.. iya, aku bilangin ya Husna kalau kamu suka sama Rizal” ujar Maya.
“Boleh,” Jawab Husna dengan Bercanda.
Esoknya pun teman-teman membicarakan hal itu kepada Rizal. Dan ternya
Rizal tak menyukai Husna. Dia ternyata sudah mempunyai pacar. Husna
ketika itu menangis tersedu-sedu dan kecewa, namun berkat support dari
orang-orang sekitarnya ia kembali bangkit dan mulai menghapus foto-foto
dan kenangannya bersama Rizal. Kini Husna tidak membuang-buang waktu
lagi dan mulai serius untuk mencapai mimpinya dan membahagiakan kedua
orangtuanya. Karena ia yakin semua kan indah pada waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar