Kamis, 12 November 2015

CONTOH CERPEN BERJUDUL MOVE ON

 MOVE ON

Malam yang sunyi menemani lamunan seorang gadis yang bernama Husna. Sembari di temani lagu-lagu galau air matanya terus bercucuran seakan tak terbendung lagi.
“Ya Allah, apakah aku harus ungkapkan perasaanku yang sejujurnya ini kepadanya? tapi apakah aku siap menerima seandainya jika ia tak suka padaku?” Ujar Husna dalam hatinya.
Seperti biasanya pagi itu pun Husna agak sedikit kesiangan berangkat ke Sekolah, dengan terburu-buru ia berjalan hingga berlari-lari kecil. Untunglah pada saat itu pintu gerbang sekolah belum ditutup.
“Alhamdulillah.. aku gak kesiangan banget, mudah-mudahan aja guru nya belum masuk ke kelas, mana sekarang pelajaran Matematika lagi!” Ujar Husna yang sedikit lega setelah melewati pintu gerbang. Ia pun kembali berlari menuju kelasnya XI IPA.
“Lega rasanya sampai ke kelas tepat waktu” Ujar Husna sembari menduduki bangkunya, Dengan napas ngos-ngosan. Maklumlah, rumah Husna lumayan jauh jaraknya dari sekolah, apalagi harus ia tempuh dengan berjalan kaki. Namun Husna tetap senang, ia menganggap hal itu sebagai olah raga pagi-pagi.
“Asssalamualaikum anak-anak.” Ujar seorang pria yang usianya sekita 30 tahun, ia adalah guru Matematika yang bernama pak Ali.
“Waalaikumsalam” Jawab murid-murid.
“Sudah baca doa?” Tanya pak Ali.
“Sudah pak” Jawab murid-murid.
“Ya sudah, kalau begitu kalian duduk per kelompok yang kemarin sudah bapak tentukan, karena hari ini kita akan berdiskusi materinya tentang Peluang kejadian Saling Bebas” Ujar pak Ali.
“Baik pak” Jawab Murid-murid.
Setiap kelompok beranggotakan 5 orang. Begitupun dengan Husna, ia masuk ke kelompo 4 yang beranggotakan: Risa, Restu, Nuri dan satu rang lelaki yang bernama Rizal. Sebenarnya ketika pembagian kelompok kemarin, Husna sedikit kaget karena dia satu kelompok dengan Rizal, laki-laki yang ia kagumi sejak 4 bulan terakhir ini.
“Ayo Husna kamu pasti berani.. kamu gak boleh kelihatan gugup nanti kalau di depan dia” Ucap Husna meyakinkan diri sambil berjalan menghampiri sekumpulan bangku kelompoknya. Husna pun terpaksa duduk berdampingan sengan Rizal karena tak ada lagi bangku yang kosong.
Kaki Husna bergetar saat di dekat Rizal, mungkin karena baru pertama kalinya ia berdampingan dan berbicara sedekat itu dengan Rizal. Karena meskipun ketika kelas X mereka satu kelas juga, tetapi mereka tidak begitu mengenal satu sama lain. Ketika itu Husna hanya mengira bahwa Rizal adalah seorang laki-laki yang menyebalkan yang pernah ia temui. Karena ketika itu Husna pernah mencoba bertanya untuk mengakraban diri kepada Rizal, namun Rizal menjawab pertanyaan Husna dengan ekspresi datar dengan muka ketus. Husna pun merasa kesal pada Rizal saat itu dan tak menyukai sifat Rizal.
Selang beberapa hari semenjak kejadian menyebalkan itu Husna melihat Rizal bermain bola di lapangan sekolah, sesekali Rizal mencetak gol diiringi dengan senyumnya.
“Wah ternyata dia jago juga main bolanya, aku benar-benar tidak menyangka, selain dia pandai mengaji. Dan ternyata di balik sikapnya yang jutek dia juga mempunyai senyuman yang manis” Ujar Husna yang mulai mengagumi sosok laki-laki yang ternyata juga seorang santri itu.
Husna mengetahui Rizal pandai mengaji karena Husna pernah mesantren kurang lebih selama satu tahun ketika ia kelas X. Ia terpaksa berhenti dari pesantren dikarenakan himpitan biaya. Ketika ia masih mesantren ia pernah melihat Rizal mengikuti perlombaan dakwah dan Rizal mendapatkan juara satu, karena gaya bahasanya yang baik dan mudah di mengerti bagi yang mendengarkannya.
Setelah beberapa hari setelah Husna melihat Rizal bermain bola, sejak saat itu Rasa tidak suka Husna terhadap Rizal berubah menjadi kebalikannya, “Benci jadi cinta” mungkin istilah ini sangat cocok untuk Husna yang memang mengalami hal itu. Seiring berjalannya waktu, Husna sudah tak terlalu canggung lagi bertanya kepada Rizal. karena mereka satu kelompok sehingga mereka pun sering berdiskusi tentang tugas Matematika. Bahkan sesekali Rizal tak segan untuk sekedar meminjam kalkulator kepada Husna.
Seiring berjalannya waktu rasa cinta Husna semakin hari semakin tumbuh dan berkembang kepada Rizal. Cinta begitu hebatnya menyerang hati Husna. Sehingga Husna pun tak kuasa lagi untuk memendamnya sendirian. Ia pun mencoba curhat kepada sahabat-sahabat terdekatnya tentang perasaan yang ia rasakan terhadap Rizal. Sehingga ada beberapa sahabatnya yang keceplosan mengejeknya dengan Rizal. Tetapi Rizal tak mau ambil pusing dengan ejekan itu, Rizal bersikap acuh-tak acuh menanggapinya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap tahun sekali di sekolah tempat Husna menimba ilmu rutin di adakan. “Hut Yasa” yaitu memperingati ulang tahun sekolah. Acaranya berlangsung dari pagi hingga siang. Dimulai dari pagi yaitu pawai setiap kelas yang menggunakan kostum yang uni-unik, berjalan sepanjang jalan yang diiringi dengan Drumben. Nah, ketika Hut yasa itu adalah momen paling berharga untuk Husna, karena pada saat itu sepulang dari pawai, ia bisa berfoto bareng bersama Rizal.

Di hari minggu yang sangat cerah ini, Husna berencana bermain bersama sahabat-sahabatnya, Dila, Maya, dan Ani, untuk bermain ke rumah Endah.mereka berencana akan masak-masak di rumah Endah. Sesamapai di rumah Endah, merekapun langsung berdiskusi.
“Kira-kira hari ini kita masak apa ya?” ujar Dila.
“Seperti biasanya aja” Jawab Endah.
“Iya, apalagi kan deket rumah Endah banyak Sayuran, hehe” Ucap Husna yang memang seorang vegetarian.
Mereka pun berbondong-bondong berbelanja ke Warung untuk membeli bahan-bahan yang akan dimasak.
Setelah berbelanja mereka langsung sibuk memasak di dapur. Husna membersihkan dan memotong sayuran, Dila membersihkan ikan dan memasak tahu-tempe, Ani menggoreng kerupuk, Endah membersihkan beras dan memasaknya. Sedangkan Maya yang memang ratunya eksis, dia tidak seperti yang lainnya sibuk memasak, dia hanya anteng jeprat-jepret bergaya di depan kamera. Sedangkan Husna dan teman-temannya hanya cekikikan melihat tingkah Maya.
Setelah acara masak-masak selesai mereka pun langsung berbondong-bondong mengambil air wudhu dan mengerjakan salat dzuhur.
“Alhamdulillah, makan udah, salat udah sekarang ngapain ya teman-teman” ujar Ani.
“mendingan sekarang kita nonton tv yuk di ruang tengah” Ujar Endah.
“yuuu” dengan serentak teman-teman yang lain menjawab.
“Husna, aku minjem hp kamu dong” ucap Endah.
“Boleh, boleh nih..” Jawab Husna.
“Wahh.. teman-teman lihat deh nih di hp Husna ada foto Husna sama Rizal.” ucap Endah.
“Mana? mana? coba lihat” serentak teman-teman menjawab.
“wah.. iya, aku bilangin ya Husna kalau kamu suka sama Rizal” ujar Maya.
“Boleh,” Jawab Husna dengan Bercanda.
Esoknya pun teman-teman membicarakan hal itu kepada Rizal. Dan ternya Rizal tak menyukai Husna. Dia ternyata sudah mempunyai pacar. Husna ketika itu menangis tersedu-sedu dan kecewa, namun berkat support dari orang-orang sekitarnya ia kembali bangkit dan mulai menghapus foto-foto dan kenangannya bersama Rizal. Kini Husna tidak membuang-buang waktu lagi dan mulai serius untuk mencapai mimpinya dan membahagiakan kedua orangtuanya. Karena ia yakin semua kan indah pada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar